Ajang Kampret Ngomyang

Melalui ruang maya yang didapatken secara boleh pinjam pun juga terbatas ini selain menginformasikan tentang Wayang Kampung Sebelah, sekaligus sebagai ajang "ngomyang" bagi Kampret tentang apa saja dan sekenanya. Jadi ya harap dimaklumken ya, mas bro... Matur sembah nuwun awit karawuhanipun tuwin kawigatosanipun. Nuwun.

Kamis, 21 April 2011

PILAR NEGARA

Kula nuwun...
Mohon ijin numpang menularkan sedikit kawruh kuno yang diwariskan oleh mbah-mbah saya. Ya etung-etung dari pada nganggur kok ya nggak ada jeleknya ngobrol ngalor-ngidul.
Saya sering dengar wejangan mbah-mbah saya melalui kisah pewayangan, bahwa ada lima hal yang menjadi pilar kokohnya kehidupan sebuah kerajaan atau negara, antara lain:
  1. Sartriya, perangkat negara yakni raja dan ponggawa paling atas hingga yang terendah yang mengelola pemerintahan, politik, hukum dan hankam.
  2. Brahmana, pemimpin agama yang mengelola aspek spiritual.
  3. Dwija, guru (termasuk di dalamnya seniman/budayawan) yang mengelola aspek mental, moral dan intelektual masyarakat.
  4. Sodagar, para pengusaha atau pedagang yang mengelola distribusi kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat.
  5. Among tani, yakni yang mengelola penyediaan kebutuhan bahan pangan dan sandang yang diperlukan oleh masyarakat.
Kelima pilar tersebut harus kokoh berdiri pada posisi masing-masing dan tidak boleh terjadi saling intervensi. Hal itu untuk menghindari tumpang-tindih beban kewajiban yang akan berakibat membiaskan dan mengacaukan pelaksanaan tugas masing-masing. Mengingat setiap bidang memiliki filosofi dan karakter spesifik yang pengelolaannya memerlukan bekal bakat profesionalitas yang spesifik pula. Bakat dan profesionalitasnya di jagad Sodagar, sampai mati pun tak bakal ia menguasai persoalan dunia Satriya. Bakat profesionalitasnya sebagai Dwija, sampai mati pun tak akan pernah mampu menguasai problematika kabrahmanan. Dan seterusnya, dan seterusnya.
Jika masing-masing pilar benar-benar berdiri pada posisinya, yang brahmana tidak mencampuri urusan politik, yang ksatria tak mencampuri urusan agama, yang guru tak berpikir untuk berdagang, yang sodagar tak berpikir jadi bupati, maka struktur negara akan benar-bernar diisi oleh ahlinya. Mental dan moral akan benar-benar terjaga, keadilan pun akan benar-benar ada, kesejahteran seluruh masyarakat pun niscaya bukan sekedar impian.
Akan tetapi bila yang terjadi sebaliknya, saling intervensi, atau saling lompat pagar, yang sodagar kepengin jadi bupati, yang ulama kepengin jadi politisi, yang satria kepengin jadi artis, yang petani ingin menjadi ulama, dan seterusnya, maka yang terjadi hanyalah kekacauan belaka. Mentalitas dan moralitas tak jelas ukurannya yang muncul kemudain hanyalah pembenaran-pembenaran, keadilan jangan lagi diharapkan karena yang muncul hanyalah keberpihakan, kesejahteran yang adil dan merata pun niscaya sebatas angan-angan karena yang berjalan adalah hukum rimba. Dan kiranya, inilah yang sedang berlangsung di kehidupan kita kini di INDONESIA... MERDEKA!
Salam,
Ki Jlitheng Suparman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar