Ajang Kampret Ngomyang

Melalui ruang maya yang didapatken secara boleh pinjam pun juga terbatas ini selain menginformasikan tentang Wayang Kampung Sebelah, sekaligus sebagai ajang "ngomyang" bagi Kampret tentang apa saja dan sekenanya. Jadi ya harap dimaklumken ya, mas bro... Matur sembah nuwun awit karawuhanipun tuwin kawigatosanipun. Nuwun.

Sabtu, 22 Juni 2013

TERJEBAK PERANG MODERN






Oleh: Ki Jlitheng Suparman

Rakyat menggonggong, kenaikan harga BBM berlalu. Keputusan pemerintah yang membuat rakyat bawah dipastikan terdera tiga pukulan telak sekaligus: menanggung dampak beban kenaikan harga-harga kebutuhan hidup; di saat yang sama harus menghadapi kebutuhan tahun ajaran baru; dan menghadapi beban kebutuhah datangnya lebaran. Jelas daya ekonomi rakyat akan ngos-ngosan mengejar beban biaya kebutuhan yang meningkat berkali-kali lipat.
“Mengapa pemimpin kita tidak memiliki kepekaan terhadap penderitaan rakyat, wong cilik seperti kita, Pret?” keluh Lik Karyo dengan nada lirih nan pasrah.
“Ini bukan masalah peka atau tidak peka, Lik. Pemimpin kita, bangsa dan negara ini, telah terperangkap dalam skenario perang modern,” tanggap Kampret.
“Lho! Apa hubungannya kenaikan harga BBM dengan perang modern?”

Setelah Indonesia merdeka, bukan berarti ancaman imperialisme hingkang begitu saja. Kekayaan sumber daya alam dan energi negeri nusantara ini memancing air liur negara mana pun di dunia. Hasrat menguasai kekayaan itu jelas tidak akan pernah berhenti, bahkan makin membesar. Terlebih ketika sejumlah penelitian dunia menyebutkan bahwa 50 tahun ke depan perut masyarakat dunia sangat tergantung dengan kekayaan laut Indonesia. Maka banyak negara yang semakin bersemangat menguasai kekayaan SDA Indonesia dengan segala cara. Bila perlu negara yang bernama Indonesia harus dihancurkan agar imperialis itu leluasa menguasai kekayaan yang tersimpan di bumi nusantara ini.
Benarkah ancaman penghancuran Indonesa makin nyata? Dalam bentuk apa? Adalah seorang Ryamizard Ryacudu, salah satu jendral Indonesia yang sejak awal dekade 2000-an sudah mendeteksi dan mengingatkan bangsa ini tentang ancaman perang modern. Imperialis menjajah negara kita bukan lagi dengan perang konvensional, namun dengan perang modern. Perang konvensional yang menggunakan kekuatan militer dan persenjataan selain berbiaya mahal akan menuai kecaman dari manusia di seluruh dunia. Namun dengan perang modern selain biayanya sangat murah-meriah, tersamar, hasilnya jauh lebih efektif dan dahsyat. Karena perang modern dapat melumpuhkan sendi-sendi pertahanan negara dari dalam.
“Berarti perang modern itu bukan perang dengan senjata canggih seperti di film-film itu ya, Pret? Lha terus menggunakan apa?” tanya Lik Karyo.
“Menggunakan strategi non militer,” jawab Kampret.
Koalisi negara-negara global yang dimotori negara besar yang kini menjajah Indonesia tidak lagi menyerang secara pisik-militer, melainkan menyerang bidang-bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan-keamanan. Tahap pertama, bidang-bidang tersebut diinfiltrasi, disusupi untuk diperlemah. Kekuatan imperialis itu menebar agen-agennya masuk ke ruang-ruang kebijakan ipoleksosbudhankam agar dapat ikut mengontrol dan mengendalikan sehingga produk kebijakan yang dikeluarkan oleh negara ini memberi ruang dan peluang sesuai kepentingan negara penjajah tersebut.
Tahapan berikutnya adalah cuci otak, di mana ruang kehidupan bangsa ini dijejali dengan paradigma dan nilai-nilai yang dimiliki oleh negara imperialis tersebut. Tujuan dari cuci otak ini tiada lain menghancurkan jiwa dan semangat nasionalisme bangsa sasaran sehingga kemudian mudah dikendalikan. Betapa liberalisme, kapitalisme, hedonisme telah menguasai tubuh bangsa kita sehingga rasa cinta, kesetiaan dan kebanggaan terhadap bangsa-negara makin raib. Warga bangsa ini cenderung berkiblat ke pemikiran-pemikiran dan nilai-nilai yang dimiliki kaum imperialis. Setiap apa yang datang dari luar akan kita anggap lebih bernilai ketimbang apa yang menjadi milik kita sendiri.
Cuci otak ini bergerak dengan sasaran sejak manusia masih berusia dini. Tanpa kita sadari, dari mulai bacaan dongeng, sastra, film, musik, fashion hingga makanan, semua mengarahkan perilaku kita agar berkiblat ke budaya negara imperialis. Tujuannya agar kita mudah tunduk di hadapan mereka tanpa harus mereka bersusah payah menodongkan senjata ke muka kita. Setiap bertemu bule kita selalu bersikap inferior, itulah salah satu sinyal sukses cuci otak imperialis atas bangsa ini.
“Beruntunglah anakku selalu makan singkong rebus,” kata Lik Karyo.
“Hebat. Berarti Lik Karyo telah merawat alur membina semangat nasionalisme,” tanggap Kampret.
“Siapa bilang? Maunya ya minta hamburger, tapi pakai uang siapa? Uangnya Nyi Roro Kidul?” lanjut Lik Karyo nyengir.
Tahapan berikutnya adalah adu domba, mendorong keributan, hingga berujung pecah perang saudara. Konflik yang bersumber dari isu SARA dikembangkan. Kemiskinan dan keterbelakangan sengaja dibiarkan merajalela. Penyelenggara negara ditekan agar membuat kebijakan yang selalu mengundang resistensi rakyat. Tanpa sadar bangsa ini makin dalam masuk ke lingkaran adu domba. Rakyat berhadapan dengan rakyat, rakyat dengan aparat, aparat dengan aparat. Target terakhir adalah adu domba rakyat melawan penguasa agar pecah revolusi sosial dengan muara negara chaos dan terpecah-belah sehingga nantinya tak ada lagi negara bernama Indonesia.
“Kamu mau bilang, kenaikan BBM ini bagian dari skenario perang modern, adu domba rakyat versus pemerintah?” tanya Lik Karyo.
“Jika semua emosional dan tidak hati-hati dalam menyikapi, kiranya tak salah berkesimpulan begitu, Lik,” jawab Kampret.
“Tapi sejujurnya, saya setuju segera terjadi revolusi. Sebab persoalan negeri ini sudah menghadapi jalan buntu,” cetus Lik Karyo.
“Revolusi yang mana? Revolusi yang amuk-amukan, atau revolusi yang bermakna perubahan besar dan mendasar?”
Karyo terdiam, berpikir, merenung cukum lama membuat Kampret tak sabar menanti jawaban sehingga lantas ngeloyor pergi begitu saja.

Tulisan ini telah dimuat di sub rubrik "Lincak" harian Solopos, Minggu 23 Juni 2013

3 komentar:

  1. Betul .. betul .. memang betul, yang basa Jawanya .. panci leres .. alias panci boten borot .....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahaha... Sugeng rawuh, Eyang Nardi...

      Hapus
  2. Mango Habanero Sauce (12 oz) - JT Shop
    Get calories and nutrition 진주 출장안마 facts on Mango Habanero Sauce (12 oz) 인천광역 출장안마 - JT's popular wide selection 구미 출장마사지 of Salsa & 전라북도 출장마사지 Sweet 안성 출장안마 Chilis for

    BalasHapus