Oleh:
Jlitheng Suparman
Filsuf Karl Popper
menegaskan: sejarah tidak punya arti. Karena fakta masa lalu sebagai fakta masa
lalu tidak memiliki arti pada dirinya sendiri, khususnya bagi kita yang hidup
di masa sekarang. Fakta itu baru memiliki arti bagi kita kalau kita memutuskan
untuk memberinya arti (Dr. Baskara T. Wardaya, SJ, “Bung Karno Menggugat”,
2008:9). Berangkat dari arti atau makna yang kita berikan itulah kita belajar
dari fakta masa lalu itu untuk hidup kita di masa kini dan selanjutnya.
Pengertian itu kiranya
berlaku pula bagi kita dalam melihat sejarah masa lalu bangsa Indonesia,
termasuk yang berkaitan dengan Pangeran Sambernyawa dan segenap jejak
perjuangannya berikut ajaran yang diberikannya. Alur kisah perjuangan Pangeran
Sambernyawa hanyalah rangkaian peristiwa fakta masa lalu, ajaran-ajarannya
hanyalah susunan kata-kata, bermakna atau tidaknya tergantung pada bagaimana
kita memaknai semuanya itu.
Pangeran Sambernyawa,
salah satu tokoh raja Jawa itu kiranya sangat menarik untuk diperbincangkan. Pada
hematnya gagasan-gagasan dan ajaran-ajaran yang dicetuskannya relevan dengan
problematika kekinian yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Semangat juangnya,
gagasan-gagasan cerdasnya, dan ajaran-ajaran bijaknya dapat kita jadikan sumber
inspirasi bagaimana kita harus bersikap dan bertindak dalam berupaya lepas dari
jeratan krisis multi dimensi melalui target perubahan besar dan mendasar bagi
Indonesia.