Solo yang semula
dikondangkan sebatas tempat mangkalnya produsen teroris, kini berbalik menjadi
sasaran operasi teroris. Jangan-jangan si teroris sebatas ingin meledek opini
umum, sekadar ingin berkata: siapa bilang mercon tak bisa meledak di dalam
gudang?
Karyo yang tiap malam rajin
nongkrong di warung wedangan, kini mengurangi jadwalnya. Setelah
teror datang beruntun, lelaki penarik becak itu kemudian hanya sesekali sambang
ke warung langganannya. Begitu pun durasinya makin diperpendek.
“Mengapa harus takut,
Lik? Toh jelas sasarannya bukan masyarakat seperti kita-kita. Lagian kan sudah
ada jaminan dari aparat agar masyarakat tidak perlu cemas?” celetuk Kampret.
“Masalahnya pelor nggak
punya mata, Pret” seloroh Lik Karyo. “Sebenarnya saya lebih seneng kalau negara
menjamin tak akan pernah lagi ada teroris, ketimbang menjamin perlindungan
masyarakat dari ancaman teroris.”